Rio Pauleta

Mengarungi Thriller Edgar Allan Poe, di buku Kisah-Kisah Tengah Malam

Buku inilah tempat bermuaranya  13 cerpen terbaik Edgar Allan Poe yang ngeri, sadis dan mengharukan. kalau digambarkan dalam genre film, cerita pendek dalam buku  ini lebih  pada cerita thriller, tapi ada yang konyol juga lebih kepada cerita Thriller. Cerita pertama dan beberapa lainnya memang ada terkesan misterinya. Misalnya catatan Tengah Malam, Kotak Persegi Panjang, dan Kucing Hitam.

(Source)

Di cerpen ini banyak terjadi pembunuhan, cerpen menjijikan seperti Hop-frog yang menggambarkan dengan detail tragedi balas dendam pelawak kepada raja setelah sang mempermalukan istri pelawak. Juga di cerpen Catatan Tengah Malam, terjadi pembunuhan penduduk satu rumah karena seorang tak sanggup mendengar dengkuran empunya rumah.

(Source)

Sedangkan cerita lain lebih kepada cerita yang menakjubkan, menegangkan dan mengerikan. Misalnya perjuangan nelayan yang mengarungi badai terbesar samudra, badai Maelstrom. Beberapa cerpen bersetting di samudra. Tragedi di tengah laut membuat kita semakin tegang karena ya, dengan latar yang sempit dan suasana malam ditengah laut membuat nafas kita kadang-kadang tercekat.

Cerita tentang Kucing Hitam juga tidak kalah horor, seekor kucing yang membuat pemiliknya membunuh, karena sang pemilik lebih dulu melukai kucing yang melambangkan hal yang tidak baik ini. kisah-kisah di sini terkesan dark dan noir.

Beberapa setting cerita lain juga di lukiskan dalam ruangan yang sempit dan kadang-kadang cuma satu lokasi, membuat kita kita fokus dan menambah ketegangan. Cerita Setan Merah cukup menengangkan karena hanya satu ruangan besar sedangkan seluruh kota sudah terkena wabah penyakit.


dan Obrolan dengan Mummy sedikit santai, meniru sedikit cerita Frankeinstein. Kita akan dibawa dalam sejarah mummy dan pengetahuan tentang pengawetan mayat, dan pemikiran tentang ideologi Mesir, dan ideologi Eropa di masa mummy itu dihidupkan.
Cerita Potret Seorang Gadis lebih memilukan lagi, seorang suami seniman –banyak juga di buku antologi ini berkisah tentang seniman. Beberapa seniman, yang fokus dan sangat perfeksionis dia akan tenggelam dalam karyanya berhari-hari dan berakibat fatal pada nasib istrinya.

Buku ini 245 halaman. Cerpen di dalamnya dibuat tahun 80an. Bukan seperti cerpen modern, satu cerita  sampai puluhan halaman. Kalau untuk penulis, ini adalah buku yang layak dimiliki untuk mengetahui bagaimana plot bagus diciptakan. Bagi pembaca ini adalah pengalaman baru untuk mengarungi –karena banyak adegan di lautnya- cerpen yang menyesakkan dan berplot yang luar biasa.

Buku ini hampir sebulan saya membacanya, belum habis juga, tinggal tiga cerita lagi. Saya beli karena saya mendengar Edgar Allan Poe penulis terkenal dan pernah melihat karakternya di film, entah apa lupa saya judulnya. Walaupun bernama Poe, tapi dia bukan ahli puisi –walaupun dia pernah menerbitkan buku puisi di awal karirnya. Dia ahli cerita mengerikan, beberapa sudah difilmkan sejak tahun 2000an.

Beberapa penghargaan sebagai penulis sudah dia terima. Dan dia yang terbaik di masanya, tulisannya juga menginspirasi Sir Arthur Conan Doyle dalam menulis Sherlock Holmes. Maka dari itu membacalah buku ini, supaya tahu peradaban di masa 80an di Eropa. buku ini diterbitkan oleh Gramedia tahun 2017, tanpa meminta izin langsung sama Edgar Allan Poe, karena dia sudah meninggal tahun 1849, seratus tahun sebelum Indonesia merdeka.


Leave a Comment