Menulislah Walaupun Tak Ada Ide

Rio Pauleta

Perbedaan aku dan kawanku adalah kami sangat berbeda. Akibat perbedaan ini membuat kami tak sama, tak sama rumah, pendapat dan pendapatan. Dari perbedaan inilah timbul keindahan, bayangkan kalau semua pilih Jokowi, tentu dunia maya tak seru seperti sekarang ini.

Aliranku dalam menulis adalah yang penting tulis, sedangkan aliran kawanku adalah tulislah yang penting. Hebatnya dia lebih berkualitas tulisannya sedangkan aku lebih berkuantitas. Tulisan-tulisan ringan (dibaca murahan) itulah yang menjadi kesukaanku. Aku suka menulis tentang sekitarku, film yang aku tonton, teman-teman yang aku temui dan pendapat-pendapatku bagaimana sebaiknya kota ini.

Saat sedang gila-gilanya aku menulis sekali sehari,saattidak gila kadang empat hari belum tentu ada sekali. Begitu bangun pagi danjalan ke sekolah, selalu ada ide yang muncul untuk dituliskan, tapi ketikatatkala saat waktu tiba di sekolah, maka adalah pekerjaan, tak siaplah itu diabermula suatu pasal ini itu  pada menyatakandianya tulisan.

Teman-teman pada seminar mengatakan, aku ingin sekali menulis, tapi kenapa tak bisa-bisa ya? Kata-katanya kok gak keluar dari kepala? Maka aku jawab tak perlu pikirkan apa yang mereka baca nanti, nanti dihujat orang, nanti di giniin orang, nanti di gituin orang, perbanyaklah membaca, maka akan ada selalu ide di kepala anda dan siap anda keluarkan.

Akan selalu ada penghalang jika kita melakukan sesuatu,  jalan tak selalu lurus, kecuali kalau siap jalan tol Sibanceh nanti, harus selalu ada tikungan, belokan, simpang dan kadang-kadang harus berhenti kita untuk menambah energi. Kadang harus jalan lebih cepat, kadang harus balap dan kadang harus pelan-pelan, yang penting kita tidak keluar jalan, tetaplah menulis walau belum bagus. Isi bensin anda dengan bacaan-bacaan yang anda suka.

Kita akan berusia panjang kalau ada yang kita sisakan di dunia ini. Imam Syafie menulis kitab Al-Umm dan kini menjadi rujukan kita, bahkan dia kita angkat menjadi imam Mazhab karena begitu lengkapnya referensi fiqh pada kitab-kitab karya beliau.

Kejayaan Bagdad dan cerita masa lalu, kalau tidak ditulis dalam buku 1001 malam, maka akan hilang ditelan jaman. Begitu banyak cerita Aceh dulu yang hebat-hebat kadang mati bersama penceritanya. Begitu banyak juga ulama-ulama yang hebat meninggal tanpa meninggalkan karya tulis buah syarahannya. Sungguh sangat disayangkan.

Maka selalu penulis itu perlu, untuk minimal menceritakan peristiwa yang terjadi pada masanya untuk dijadikan sumber belajar bagi masa yang akan datang. Aceh dimasa lalu dikenang dengan ada kitab dari Syeikh Nuruddin Ar-Raniry dan Hamzah Alfansuri. Kisah Aceh masa lalu ditulis oleh bangsa Belanda, dan di masa itu taka da penulis dari kita bangsa sendiri.

Seni tulisan kita dulu bersyair yang ditulis bernada A-b-A-B dan bisa dibaca seperti menyanyi, sekarang sudah tak banyak  lagi penulis  begitu, saatnya kita generasi muda mulai untuk menulis rekam jejak kita.

Dari Paya Pisang Klat, Riazul Iqbal mengabarkan!

Leave a Comment