Qaid Arkana

Nigeria Gagal Capai Kesepakatan Dengan Kelompok Pekerja

Abuja-Pembicaraan antara pemerintah Nigeria dan serikat pekerja perminyakan gagal mencapai kesepakatan terkait upaya pencabutan subisidi bahan bakar yang akan dilakukan oleh pemerintah negara itu.

Aksi mogok pekerja kemungkinan berlanjut pada hari Senin jika kesepakatan tidak tercapai.

Sebelumnya para pekerja ini mengancam akan terus melanjutkan mogok jika pemerintah tetap pada kebijakannya tersebut.

Ketua tim perunding dari kelompok serikat pekerja mengatakan mereka masih memberi kesempatan untuk membuka ruang untuk melakukan pembicaraan lagi.

Pemogokan yang dilakukan para pekerja di industri perminyakan ini telah mengakibatkan negara itu kehilangan pendapatan hingga miliaran dolar Amerika.

“Ini merupakan pukulan yang menyakitkan, pertemuan ini belum menemui jalan buntu hanya saja kami belum mencapai kesepakatan,” kata Presiden Kongres Buruh Nigeria, Abdulwaheed Omar kepada sejumlah wartawan. Sabtu (14/1) malam waktu setempat.

“Kami akan bertemu dan berbicara lagi dengan perwakilan pemerintah. Posisi kami adalah meminta mereka untuk menunda kenaikan harga minya dan kemudian kami akan juga akan menghentikan sementara aksi mogok ini dan kembali berbicara,” tambah dia.

Namun Omar tidak menjelaskan kapan mereka akan melakukan membuka pembicaraan dengan pemerintah. Dia hanya mengatakan selama upaya pembicaraan itu dilakukan, pada Minggu (15/1) mereka akan tetap bekerja dan menghentikan dulu aksi mogoknya.

“Kami akan menyelesaikannya secara bertahap. Kami membuka peluang untuk menyelesaikannya secara damai,” kata Omar.

Pengaruhi Minyak Dunia.

Aksi mogok para pekerja di sektor perminyakan menurut wartawan BBC di Abuja, Mark Doyle akan sangat berpengaruh bagi produksi minyak dunia karena Nigeria saat ini merupakan negara penghasil minyak nomor enam terbesar di dunia.

Sejumlah asosiasi dagang yang cukup kuat di negara itu telah memperingatkan aksi mogok nasional akan kembali berlangsung jika kesepakatan tidak tercapai pada hari Minggu.

Pemerintah Nigeria mulai menerapkan kebijakan pencabutan subsidi ini pada 1 Januari lalu dan berdampak pada kenaikan harga bahan bakar minyak hingga dua kali lipat.

Harga BBM yang semula 60 naira atau sekitar Rp3.300 lebih menjadi 140 naira atau Rp7.700 lebih.

Kenaikan ini menurut wartawan BBC di Nigeria, Mark Doyle sangat memukul ekonomi masyarakat negara itu yang angka kemiskinannya cukup tinggi.

Pemerintah mengatakan subsidi BBM ini telah menghabisakan anggaran hingga US$8 miliar, mereka berpendapat jumlah sebesar ini akan lebih baik jika dihabiskan untuk membangun infrastruktur dan meningkatkan layanan sosial.

Penjualan minyak mentah di Nigeria saat ini menyumbang 80% pemasukan negeri itu namun akibat korupsi dan salah pengelolaan mereka gagal untuk bisa mengolah minyak mentah menjadi bahan bakar dan hingga sekarang Nigeria masih harus mengimpor bahan bakar dari negara lain.[bbc]