Harlan

Oldenburg, di Antara Dua Kota Eropa

Oleh Rifki Furqan

Saya sering ditanya oleh mahasiswa Indonesia, “kuliah dimana?“, maka ketika saya menjawab “Oldenburg”, pasti muncul pertanyaan susulan, “Oldenburg itu di mana ya?” Sedikit susah memang menjelaskannya, karena Oldenburg bukanlah kota besar dan terkenal di Jerman. Kota ini termasuk ke dalam Bundesland atau negara bagian Niedersachsen, negara bagian terbesar kedua di Jerman setelah Bayern.

Oldenburg berada dalam kepungan kota dominan lain dari negara berbeda yaitu Bremen (kota pelabuhan penting di Jerman) dan Groningen (provinsi paling utara Belanda). Kondisi terjepit seperti itulah yang spontan menyebabkan saya menambahkan informasi tentang kedua kota tersebut ketika menjelaskan posisi geografis kota Oldenburg. Kabarnya cukup banyak warga sini yang bekerja di Bremen. Jadi bisa kita analogikan seperti hubungan Depok dan Jakarta yang berbeda pemerintahan, namun tetap berkawan.

Memiliki penduduk kurang dari 200.000 membuat kota ini sangat nyaman untuk dijadikan tempat studi. Tak banyak tempat wisata di Oldenburg, jika tidak mau menyebutnya tidak ada. Tempat wisata terkenal yang dikunjungi wisatawan adalah tempat wisata standar di seluruh Eropa, yaitu gereja tua dan museum. Terdapat satu gereja tua di pusat kota yang bergabung dengan lokasi perbelanjaan yang hanya dimasuki pejalan kaki dan tak jauh dari situ terdapat museum kota yang menyimpan benda seni dan peninggalan perang dunia II .

Ciri khas Oldenburg adalah pengguna sepeda yang sangat banyak jumlahnya. Mulai dari orang tua/manula hingga remaja memiliki sepeda. Tak jarang juga terlihat Auslander (istilah dalam Bahasa Jerman untuk menyebutkan orang asing) atau mahasiswa asing lainnya juga mengayuh sepeda. Bahkan ketika saya pertama sekali mengunjungi gedung mahasiswa internasional di kampus, seorang petugas di kantor tersebut yang menyambut saya memilih berbasa-basi dengan menanyakan perihal sepeda. Mengapa peran sepeda menjadi begitu penting? Apakah sistem transportasi dalam kotanya tidak bagus? Oh, tentu tidak. Sistem transportasi publik di negara ini sangat bagus, sama seperti di kota-kota lainnya. Namun karena kota ini memiliki banyak  jalan sempit penghubung wilayah, kita biasa menyebutnya “jalan potong“, maka sepeda dengan seleksi alam yang adil telah berhasil merebut hati sebagian besar warga kota.

Bersepeda di Oldenburg adalah mayoritas. Semua masyarakat di sini dipastikan bisa bersepeda dengan baik dan benar. Selain karena jalur transportasi dalam kota yang tidak semapan di kota besar, banyaknya jalan kecil dan jalur sepeda yang eksklusif dan profesional juga turut membuat sepeda menjadi barang paling dicari di kota ini. Layaknya mobil mewah di Jakarta atau kota-kota besar di Indonesia, maka sepeda di sini bisa kita setarakan sebagai mobil mewah dalam tingkat pemeliharannya. Harga sepeda baru nan canggih bisa mencapai puluhan juta, jika dirupiahkan.

Hanya ada satu Universitas di Oldenburg, Carl von Ossietzky Universitet Oldenburg. Nama tersebut merupakan nama lokal yang ditambalkan untuk universitas ini, karena memang setiap universitas di Jerman memiliki nama lokal dan internasional. Untuk nama internasional biasanya cukup menambahkan nama kota saja setelah University. Carl von Ossietzky adalah salah satu tokoh penting dan terkenal di Jerman. Beliau adalah penerima nobel perdamaian dunia sebelum Perang Dunia II pecah di Eropa. Sehari-harinya Carl von Ossietzky berprofesi sebagai penulis. Karena tulisan-tulisannya kritis terhadap sikap otoriter NAZI Jerman kala itu, Carl ini lalu ditangkap dan dipenjarakan sampai akhirnya meninggal di Oldenburg. Ide tulisannya selalu bertemakan keadilan, menjadi prinsip Oldenburg University yang menerapkan asas keadilan dalam penerapan ilmu pengetahuan dalam serta lingkungan hidup.

Oldenburg University memiliki dua kampus yang letaknya tak berjauhan. Kedua kampus tersebut disebut kampus Haarentor di mana fakultas sosial dan ekonomi berjaya, serta lainnya adalah kampus Wechloy di mana menjadi kekuasaan penuh fakultas “natural science“ atau ilmu alam. Sebagai universitas utama di kotanya, tak heran fasilitas perpustakaan dan laboratoriumnya berstandar mewah dan berkelas internasional. Menjadi mahasiswa berarti mendapat hak untuk mengakses komputer dan internet tanpa batas dan mendapat akses ke beberapa jaringan perpustakaan online di seluruh dunia. Berjuang untuk menjadi pusat penelitian Laut Utara di samping saudara tuanya di Bremen, Oldneburg University memiliki stasiun penelitian tepat di pesisir Laut Utara di daerah Wilhelmshaven dengan fasilitas laboratorium canggih, kapal penelitian dan pusat sumber energi alternatif berupa tenaga angin.

Program Renewable Energy atau energi terbarukan di Oldenburg University telah diakui dunia dan menjadi salah satu favorit mahasiswa Eropa bahkan dunia. Program penelitiannya yang multi disiplin ilmu  atau “Inter-Diciplinary“ merupakan ciri khas program yang mengharuskan lulusannya memiliki pemahaman konsep yang terintegrasi dalam semua aspek keilmuan. Water and Coastal Management Master Program yang saya jalani sekarang memiliki tujuan mendidik mahasiswanya untuk paham konsep dan aplikasi bagaimana mengatur dan mengelola sumberdaya perairan dan pesisir lautan dengan memadukan konsep ilmu pengetahuan, sosial dan nilai ekonomisnya dalam satu kerangka pemahaman yang padu.

Rifki Furqan adalah mahasiswa Aceh yang sedang mengambil Master pada bidang Water and Coastal Management di Oldenburg University, Jerman.

Image source: here


Leave a Comment