Taufik Al Mubarak

Pak Li, Seorang Legenda dari Trueng Campli

Dia sudah lama menjadi seorang legenda, dan gelar kehormatan ini sama sekali tak pernah disadarinya, bahkan sejak awal.

Aku ingin bercerita tentang Pak Li, demikian orang di kampungku memanggil namanya. Pria yang mungkin saja bernama asli Rusli itu masih berstatus jomblo hingga kini. Status ini mungkin saja bukan sebuah pilihan bagi sosok yang usianya sudah mendekati angka 50 tahun itu, dan ia tetap nyaman memilih jomblo. Dan, dia sama sekali tidak terpengaruh dengan apa yang dikatakan orang.

Pak Li ini sangat terkenal di kampungku, dan keterkenalan itu bukan karena faktor jomblo-nya. Bukan, sebab soal status ini sama sekali tidak membantu mendongkrak kepopulerannya. Dia justru terkenal karena sosoknya yang lucu dan baik hati. Sangat jarang dia berkonflik dengan orang lain, kecuali terhadap orang yang membuat hatinya sakit.

Setelah ibunya meninggal, Pak Li hidup sebatang kara. Hasrat orang tuanya yang ingin melihat Pak Li punya istri dan anak tidak pernah kesampaian, hingga mereka menghadap yang maha kuasa. Pak Li bukan tidak mampu mencintai lawan jenis, karena dia pernah beberapa kali jatuh cinta (lebih tepatnya menyukai) pada wanita. Biasanya, kalau dia sudah menyukai seorang wanita, maka dia akan memberi apapun yang diinginkan wanita itu: uang, barang dan keperluan lain.

Namun, begitu si wanita yang disukainya dekat dengan lelaki lain, maka sang wanita tersebut akan dilupakan. Apa pun yang diminta oleh wanita tidak akan pernah diberikan lagi. Bahkan, sekadar berbicara pun dia sudah enggan. Pun begitu bukan karena faktor itu dia menjadi jomblo. Pak Li ini tipe lelaki yang takut dengan perempuan. Ketakutan pada perempuan ini aku pikir sudah dibawanya sejak lahir.

Di kampung, Pak Li dikenal sebagai seorang pekerja keras. Dia selalu punya tenaga lebih ketika bekerja, dan soal ini aku yakin banyak orang tidak mampu melakukannya. Dalam bekerja, Pak Li selalu dibantu oleh gerobak pasir dorong. Gerobak inilah yang saban hari menemaninya. Fasilitas kerjanya ini dijaga dengan sangat baik, dan jarang sekali mau dipinjamkan kepada orang lain. Soalnya, sedikit rusak saja dia sudah tidak mau memakainya lagi, dan akan membeli gerobak baru. Aku hampir tidak pernah melihat gerobak miliknya dalam kondisi tak layak pakai.

Orang-orang di kampung sering membutuhkan jasa dari Pak Li, misalnya untuk mengangkut pasir atau tanah. Biasanya, orang kampung butuh tanah untuk menambak dapur atau pekarangan rumah, dan Pak Li akan mengantarkan tanah sejumlah yang dibutuhkan. 5-10 gerobak. Tanah itu digali di areal tanah yang berada di ujung kampung atau di kawasan tambak. Jarak antara perkampungan penduduk dengan lokasi tanah yang diambil itu beberapa kilometer jauhnya.

Seberapa pun jauhnya pasir dan tanah itu harus diangkut, Pak Li tak pernah mematok tarif. Namun, jangan coba-coba memberinya uang dalam jumlah yang tidak sepadan dengan pekerjaannya, karena besok-besoknya dia bakal menolak bekerja lagi. Pun begitu, dia tak pernah menolak berapa pun uang yang diberikan. Intinya, jangan pernah melukai perasaannya.

Orang di kampungku sangat sadar soal satu ini. Ketika mereka menggelar kenduri di rumah, maka Pak Li selalu mendapat kehormatan sebagai orang pertama yang diundang. Mereka cukup sadar akan satu hal kalau sekiranya lupa mengundang Pak Li, selain dia tidak bakal menampakkan mukanya, kapan pun orang itu butuh jasanya tak bakal dilayani lagi.

Begitu juga kalau ada acara intat linto baro dan intat dara baro ke kampung lain atau luar kota, Pak Li tak pernah lupa diajak. Pak Li termasuk sangat senang berpergian dan hampir tidak pernah absen untuk pergi. Di dalam mobil rombongan, dia selalu memilih duduk di baris paling belakang. Soal disiplin, Pak Li tidak ada duanya. Dia paling pertama naik ke dalam mobil atau paling siap berangkat dibandingkan orang lain.

Oh ya, di kampungku Pak Li sudah menjadi microphone bergerak. Jika ada satu kejadian langka, apakah itu di kampungku atau kampung tetangga, maka Pak Li biasanya orang yang paling pertama mendapatkan informasinya. Dan, sekali informasi itu terdengar di telinga Pak Li maka seluruh kampung akan mengetahuinya. Di mana pun ada kerumunan orang, Pak Li akan mengabarkan informasi yang baru didengarnya itu.

Begitulah sosok Pak Li, yang wajahnya beberapa kali masuk koran kuning di Aceh!


Leave a Comment