Mantra Palsu
Kita bertukar pesan dalam hujan yang menjadikannya mantra, puan.
Saat kampung kita penuh dengan mantra darah.
Akan selalu ada mantra yang tercipta kala hujan melanda bahkan senja dan kampung kita, puan.
Kita menciptakan mantra cinta, mantra rindu dalam hujan
dan kampung kita menciptakan mantra kematian dalam damai.
Kiranya mantra hujan tak menipu, puan.
Yang telah tercipta dengan penuh keyakinan.
Namun mantra hujan seperti mantra damai kampung kita, puan.
Mengidamkan kedamaian dalam peluru berbilang tahun
Dan, sekarang damai, masih juga mayat besarung peluru.
Banda Aceh, Awal 2012
SETAPAK DUA TAPAK
Setapak dau tapak hingga ribuan tapak
Lima belas menit perjalanan hingga keringat membasah
Masih juga meratapi nasib yang miskin, lalu menyerapahinya
Lima belas menit dalam perjalan kaki tak ada tumpangan yang menghampiri
Katanya negeri ini kaya, dan aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri
Ribuan kendaraan berlalu-lalang, mobil mewah mundar mandir, tak satupun punya hati
Setapak dua tapak dalam lima belas menit, hingga keringat menjadi obat
Jangan lagi menyerapah miskin, jangan lagi meratapi nasib
Jalani perjalanan lima belas menit itu. Dan kau akan tahu
Negeri ini miskin
Banda Aceh, Januari 2012
Hamdani Chamsyah merupakan Mahasiswa Gemasastrin FKIP Unsyiah