Banyak sekali berkembang mitos madu atau ie unoe, mulai cara mengenali madu asli dengan madu bukan asli. Ada yang bilang madu asli begini-begini dan madu bukan asli begitu-begitu. Pokoknya salah kaprah itu terus saja dipercaya oleh masyarakat tanpa ada upaya mengetahuinya lebih jauh.
Misalnya, kita kerap mendengar bahwa madu asli itu tidak akan terserap dan tembus kalau ditaruh di atas koran dan tisu. Sementara madu palsu atau bukan madu asli, saat diletakkan di atas koran dan tisu langsung membuat kertas koran/tisu lembek dan madunya menembusi/terserap kertas koran.
Mitos lainnya yang juga terkenal adalah korek api jika dicelupkan ke dalam madu kemudian saat digoreskan ke pemantik masih tetap menyala itu pertanda bahwa madu itu asli. Dalam jumlah kadar air pada madu masih normal, air dari madu tidak akan meresap ke korek api. Jadi wajar saat korek api dinyalakan masih tetap menyala.
Beberapa mitos yang sejak dulu dipercaya masih terus saja dipercaya sekali pun sejumlah ahli menunjukkan fakta yang sebaliknya. Salah satu mitos madu yang dipercaya secara turun-temurun itu adalah bahwa madu asli tidak akan dikerubungi semut. Benarkah demikian?
Ternyata jawabannya sama sekali tidak demikian. Faktanya semut seringkali menjadi sumber masalah bagi peternak dan pembudidaya lebah. Memang benar, ada semut yang tidak menyukai jenis madu tertentu terutama yang rasanya sedikit asam.
Mitos lainnya, orang kita mempercayai bahwa madu tidak akan basi. Namun, fakta tidak menunjukkan hal demikian. Basi atau tidaknya masuk terkait dengan bagaimana madu itu disimpan. Semua madu yang disimpan tidak dalam penyimpanan yang disegel akan menyerap kelembaban dari udara, dan kondisi begini dapat membuat madu jadi basi. Namun, kalau disegel dengan baik dan rapi serta disimpan dalam temperatur ruangan yang terjaga dengan baik, maka madu tidak akan basi.
Di kota-kota, kita kerap mendengar ada orang tua melarang anaknya meminum madu yang sudah mengkristal dengan alasan dibuat-buat dan tidak masuk akal, dan semua ini pengaruh dari mitos. Bahwa madu yang sudah mengkristal itu tidak baik dikonsumsi. Padahal faktanya tidaklah demikian. Sebab, perubahan bentuk sama sekali tidak akan mengubah kualitas dan nutrisi madu.
Ada pula mitos yang kadung dipercaya bahwa pasien diabetes tidak boleh mengonsumsi madu. Padahal, pasien diabetes masih bisa meminum madu alami. Soalnya, madu memiliki indeks glikemik rendah atau sehat diserap darah. Mungkin madu yang tak boleh dikonsumsi oleh penderita diabetes hanyalah madu palsu yang sudah dicampur gula atau pemanis lainnnya. Madu model begini sudah pasti harus dihindari termasuk oleh yang bukan penderita diabetes sekali pun.
Ada orang yang percaya bahwa kualitas madu sangat tergantung oleh warna. Ini juga keliru, karena kualitas madu sama sekali tidak berhubungan dengan warna madu. Kenapa warna madu ada yang berbeda-beda? Itu berhubungan dengan sumber bunga yang diisap oleh lebah sehingga berpengaruh pada warna madu yang dihasilkan.
Terakhir adalah mitos yang menyebutkan bahwa kuning telur akan matang jika dicampur madu asli. Dari semua mitos di atas, inilah mitos yang dipercaya secara luas dan tanpa ada usaha untuk menelitinya apakah benar demikian? Fakta yang sebenarnya adalah kuning telur yang dicampur madu asli bukan matang melainkan hanya menggumpal (koagulasi). Gumpalan ini terjadi karena adanya reaksi saat sifat asam dari madu bercampur dengan protein dan lemak dari kuning telur.
Di luar mitos madu itu, madu adalah obat yang paling mujarab untuk segala penyakit. Aku sendiri kerap mengonsumsi madu ketika sariawan, meriang atau penyakit lainnya. Kalau madu dikonsumsi secara teratur setiap pagi dan dalam takaran yang benar dapat membunuh racun dalam tubuh. Ayo, mulailah membiasakan minum madu pada pagi hari. Kamu bisa memulainya dengan mencoba Madu Awai.