NEW YORK – Sebuah paket berisi bahan peledak ditemukan di rumah triliuner George Soros, Senin (22/20/2018) di New York, Amerika Serikat. Bahan peledak itu diselipkan di kotak surat.
Nama George Soros selama ini dikenal sebagai spekulan mata uang di berbagai negara. Di Asia Tenggara, ia dikenal karena dituding terlibat pelemahan mata uang Indonesia dan Thailand pada 1998.
Kepolisian New York dan Badan Penyidik Federal (FBI) AS mendapat telepon dari kediaman Soros pada Senin sore waktu New York atau Selasa dini hari waktu Jakarta. Salah satu pekerja di rumah Soros menemukan paket mencurigakan di kotak surat.
Pekerja itu kemudian meletakkan benda mencurigakan di halaman lalu menghubungi polisi. Oleh polisi, informasi itu diteruskan pula ke FBI. Tim penjinak bom kepolisian New York dan unit anti terorisme FBI diterjunkan ke sana. Bahan peledak itu dijinakkan sebelum menimbulkan masalah.
“Tidak ada ancaman pada masyarakat dan belum ada komentar lebih lanjut untuk saat ini,” demikian pernyataan FBI setelah memeriksa rumah Soros seperti dikutip dari Kompas, Selasa (23/10/2018).
Saat paket itu ditemukan, George Soros sedang tidak berada di rumah. Penegak hukum AS menyebut Soros salah satu orang yang paling kerap diancam kelompok ekstrimis kanan di AS.
Soros, imigran Hungaria, mendapat kekayaan dari lembaga investasi dan lindung nilai. Kini, ia lebih banyak aktif di kegiatan amal dan politik.
Di dunia politik, George Soros dikenal sebagai salah satu penyumbang Partai Demokrat. Ia, misalnya, menyumbang dana untuk kampanye John Kerry, Barrack Obama, dan Hillary Clinton. Untuk Clinton, ia tercatat menyumbang 25 juta dollar AS. Meskipun demikian, ia menyatakan bukan pendukung Partai Demokrat.
George Soros kini mengelola lembaga nirlaba, Open Society Foundation, untuk mempromosikan HAM dan demokrasi. Soros sudah menghabiskan 18 miliar dollar AS di yayasan itu. [kompas]