Yayasan Kampung Halaman Jogjakarta bekerja sama dengan Komunitas Tikar Pandan menyelenggarakan Sekolah Remaja 2011 di Episentrum Ulee Kareng, Banda Aceh selama sebulan. Sekolah Remaja Aceh 2011 dimulai sejak 22 November 2011 hingga 22 Desember 2011. Peserta sekolah non-formal itu berasal dari kalangan mahasiswa dan siswa SMA di Banda Aceh yang berjumlah 19 orang.
Irwan Dwi Nuryadi seorang Fasilitator dari Yayasan Kampung Halaman menyebutkan Sekolah Remaja (SR) Aceh 2011 adalah kota yang ke-6 dari 8 kota seluruh Indonesia. Diantaranya kota Wakatobi, Sumbawa, Kalimantan, Garut, Jakarta, Aceh, Jambi.
“Dengan adanya program Sekolah Remaja ini, para remaja diajak untuk kampanye pendidikan dari sudut pandang remaja tentang pendidikan dalam arti yang sangat luas. Sehingga para stake holder dan pihak yang berkepentingan bisa menjadikan dunia pendikan yang berkualitas tentunya bagi remaja seluruh Indonesia” Ujar Dwi yang juga Sineas Muda Jogjakarta ini.
Iqbal Gubey, peserta Sekolah Remaja mengaku senang mengikuti pelatihan yang di fokuskan pada video diary ini.
“Untuk mengungkap cerita pribadi tidak hanya dengan menulis diary ternyata, tapi dengan video diary juga bisa, saya tau ketika mengikuti program Sekolah Remaja ini.” Ujar Iqbal yang juga mahasiswa FKIP Universitas Syiah Kuala.
Iqbal dan 18 teman-temannya belajar tentang pengenalan video diary, penggalian ide, produksi, pemutaran video pasca produksi video itu. Mereka tidak dipungut biaya satu persenpun. Karakteristik video diary itu terdiri dari , pengalaman dekat peserta, penting dan genting, tujuan, sikap dan tentu saja mereka bebas merdeka mengekpresikannya dengan berbagai seni olah digital video.
Vuvut Zery Haryanto seorang fasilitator lainnya menyebutkan dengan adanya program Sekolah Remaja ini mereka akan menghasilkan dua buah video diary yang sekarang sudah selesai, dan akan segera dilakukan pemutaran pada Rabu, 21 Desember 2011.
Zery juga mengajak masyarakat dan mahasiswa untuk hadir pada Pemutaran Video Diary dan Diskusi Sekolah Remaja 2011 Aceh yang berlangsung Rabu (21/12) jam 15.00 di kantor Episentrum Ulee Kareng Jalan Lamreung Nomor 20 Ulee Kareng.
“Siapa saja boleh hadir, undangan terbuka untuk umum” ajak Zery disela-sela kesibukannya mempersiapkan acara pemutaran.
Sekolah Remaja di adakan setiap sore harinya di Komunitas Tikar Pandan Ulee Kareng. Peserta belajar sambil diskusi santai ceria tertawa. Selepas menentukan ide hasil dari diskusi mereka di ruang Episentrum, lalu peserta melakukan pengambilan gambar di lapangan. Lokasinya di kampus Unsyiah, Warung Kopi, kost mahasiswa. Para pemain dalam video diary itu sendiri dari kalangan peserta, yang lainnya bertindak sebagai kameramen, sutradara dan editor. Selama proses itu berlangsung, mereka di dampingi oleh Zery dan Irwan.
“Sekolah Remaja salah satu tujuan sebagai media kampanye remaja, agar remaja lebih peka dengan lingkungannya. Remaja itu kan masanya dia nekat, berani, ingin tau, masih membara semangatnya ketika seorang remaja bersuara untuk melakukan sesuatu, pasti ada nilai lebih di dalamnya.” Sebut mahasiswa Antropologi Universitas Gajah Mada ini.
Zery mengharapkan dengan adanya program ini, para peserta nantinya dapat meneruskan ide-ide yang telah mereka dapatkan selama program ini berlangsung.
“Teman-teman Sekolah Remaja kemudian bisa melakukan kegiatan serupa versi mereka, dengan cara mereka, sekolah remaja kemudian bukan berhenti ketika kami pergi dari Aceh. Itu harapan kami” Ujarnya mahasiswa berambut gondrong penikmat kopi Sanger.
Program Sekolah Remaja Aceh juga dibantu oleh Akmal M. Roem fasilitator dari Komunitas Tikar Pandan. Akmal berharap tahun depan Kampung Halaman dapat kembali melakukan program ini untuk remaja-remaja Aceh lainnya.
“Ada dua film yang akan diputar pada kegiatan ini yakni film yang berjudul “Habis Terang Terbitlah Gelap” dan “Aku, Kamu Jadi Kita”. Kedua film tersebut berdurasi 10 menit. Setelah pemutaran film dilanjutkan dengan diskusi bersama peserta Sekolah Remaja Aceh 2011” Sebut Akmal yang juga Pegiat kebudayaan di Komunitas Tikar Pandan.
Yayasan Kampung Halaman Jogjakarta yang punya visi dan misi mengharapakan para remaja yang terlibat dalam program-program Kampung Halaman akan mampu mengidentifikasi masalah-masalah yang mereka hadapi, memahami posisi mereka sebagai agen perubahan, dan mengidentifikasi “modal sosial” yang dimiliki oleh masyarakat di daerah di mana mereka hidup sehingga mereka dapat melakukan tindakan untuk memperbaiki kondisi masyarakat mereka.
Fira Al Haura, siswa SMA di Banda Aceh juga menyebutkan senang sekali bisa belajar banyak hal tentang proses pembuatan sebuah video diary. Sepulang sekolah, Fira belajar video diary bersama teman Sekolah Remaja lainnya. Fira beruntung bisa belajar kali ini. Ada banyak anak-anak remaja Aceh lainya yang tidak punya kesempatan bagus seperti Fira. Fira sering menulis puisi, beberapa karyanya pernah di muat di media lokal Aceh. Kesempatan belajar untuk bikin ‘adik film’ menambah semangat Fira dan teman temannya untuk terus dan tetap berkarya. Para Remaja berkarya, dan itu ‘sesuatu’ yang luar biasa.[]