Banda Aceh – Angka kematian bayi (AKB) di Banda Aceh tahun 2011 sejumlah lima orang atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya empat kasus. Sementara sejak 2007-2011, angka kematian bayi mencapai 27 orang.
“Kalau AKB di nasional jumlahnya 264/100.000 kelahiran, sementara Provinsi Aceh 23/10.000 kelahiran, Banda Aceh sendiri 5/1000 kelahiran, artinya kita masih baik,” kata Kepala Dinas Kesehatan Banda Aceh, dr Media Yulizar, MPH, saat hadir sebagai pembicara dalam Lokakarya Pengelolaan Pengaduan Bidang Layanan Kesehatan Ibu dan Anak yang digelar Konsil LSM Indonesia di Aula Bappeda Banda Aceh, Rabu (11/1).
Dalam lokakarya yang didukung Kinerja-USAID tersebut, Media mengatakan, meningkatnya AKB itu karena faktor ibu risiko tinggi pada saat menjalani proses persalinan. Namun, AKB di Banda Aceh masih di bawah rata-rata nasional, dan juga rata-rata Provinsi.
Kondisi ini justru tidak membuat pihaknya berbesar hati dan masih diliputi rasa cemas bagaimana angka tersebut bisa ditekan serendah mungkin. “Untuk kedepan akan banyak hal yang akan kita lakukan agar AKB di Banda Aceh bisa nihil tiap tahunnya,” ungkapnya.
Beberapa faktor yang menyebabkan masih tingginya AKB di Banda Aceh, kata Kadis, karena persoalan sumber daya manusia, yakni masalah masih rendahnya kualitas para bidan dan tenaga kesehatan.
Sementara Kabid Kesehatan Ibu dan Anak Dinas Kesehatan Banda Aceh, dr Suryati, mengatakan, Angka Kematian Ibu (AKI) di Banda Aceh tahun 2011, tidak ada perubahan, yaitu 1 kematian, sama dengan tahun sebelumnya. Namun, sejak 2007-2011, AKI mencapai 13 orang.
Komplain Survei
Koordinator Komplain Survei Kinerja USAID Banda Aceh, Martahadi, mengatakan, untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di bidang kesehatan ibu dan anak, Program Kinerja USAID bekerjasama dengan Pemerintah Kota Banda Aceh menggelar Lokakarya Pengelolaan Pengaduan di Bidang Kesehatan Ibu dan Anak 11-12 Januari 2012 di Aula Bappeda Kota Banda Aceh.
Lokakarya tersebut, katanya, dihadiri penyedia layanan (puskesmas), masyarakat pengguna layanan, tokoh masyarakat, wartawan, LSM, dan akademisi.
“Tujuan lokakarya ini untuk mengidentifikasi pengaduan (keluhan) bidang kesehatan yang diterima oleh aparatur penyedia layanan atau yang diajukan kepada unit pelayanan kesehatan; serta menciptakan kesadaran penyedia pelayanan dan pengguna pelayanan kesehatan tentang aspek positif pengaduan,” ujarnya.
Sementara Provincial Coordinator Complain survey Kinerja USAID, Edi Fadhil mengatakan, setelah lokakarya tersebut dilaksanakan diharapakan dapat menghasilkan rekomendasi-rekomendasi bagi perbaikan kualitas pelayanan kesehatan di Kota Banda Aceh dan dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya di Aceh.
“Selain di Banda Aceh program ini juga akan dilaksanakan di Bener Meriah dan Aceh Singkil,” tambah Edi Fadhil. []