Awalnya, saya berharap Persiraja meraih tripoin di kandang PSMS, Stadion Teladan, Medan (7/1). Pasalnya, PSMS IPL baru seumur jagung dan termasuk tim lemah secara kasat mata. Saya pikir, kapan lagi Persiraja menang di laga tandang kalau bukan dengan tim Ayam Kinantan Jr.
Apa hendak dikata, kenyataannya justru Musawir cs. tersungkur 1-0. Maka, tripoin terpaksa saya usung kembali dalam laga Persiraja menjamu Arema Malang di Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya, Banda Aceh (14/01). Tripoin menjadi kewajiban murakkab (meuntindeh-tindeh) dalam pertandingan ini.
Paling tidak, empat angka hilang dalam dua laga kandang Persiraja sebelumnya, ketika lawan Persija Jakarta (3-3) dan Bontang FC (0-0). Sungguh ini kerugian besar bagi Lantak Laju.
Idealnya Persiraja mengamankan seluruh angka yang dipertaruhkan di kandang. Dengan demikian Gighani cs seharusnya sudah meraup nilai 9. Angka yang memantaskan Persiraja kokoh di posisi ke 3 dalam urut klasemen. Tentu ini pemandangan yang menyegarkan seluruh mata penggemar Persiraja.
Ya sudahlah, idealita itu tidak terjadi. Realitalah sekarang yang mesti dihadapi. Bahwa pertaruhan angka-angka di kandang selanjutnya harus menjadikan Persiraja lebih rakus dari makhluk manapun yang ada di bumi. Pembuktian pertama kerakusan itu ada di laga melawan Arema. Maka buktikanlah.
Bergegaslah bermain cantik, kompak, dan bersemangat. Yang saya sebutkan terakhir amat penting, sebab ruh mulai redup di laga terakhir kandang ketika melawan Bontang FC. Saat itu permainan Persiraja seperti tanpa ruh, sehingga merusak kebanyakan kontruksi serangan ke jantung pertahanan lawan. maka amat wajar, kala itu Persiraja nihil gol.
Jadilah tim paling rakus. Demi apa? Demi tripoin untuk kokoh di papan atas klasemen sementara. Hamok, rakan!