Lhokseumawe-Pj Gubernur, Tarmizi A. Karim lakukan konsolidasi kesiapan pelaksanaan Pilkada dengan lima Bupati dan Walikota. Konsolidasi itu dilakukan di Meuligoe Bupati Aceh Utara pada pukul 14.30 WIB, Selasa (6/3).
Kelima bupati dan walikota itu terdiri dari Bupati Aceh Utara, Walikota Lhokseumawe, Bupati Aceh Timur, Walikota Langsa dan Bupati Tamiang. Konsolidasi dengan berbagai stakhoulder terus menerus dilkakukan Penjabat Gubernur Aceh dalam rangka memastikan dan meyakinkan semua pihak bahwa pemilukada Aceh yang demokratis, damai serta tanpa intimidasi adalah sebuah keniscayaan.
“Namanya pesta (demokrasi) rakyat yang datang ke pesta haruslah dalam nuansa damai, tidak boleh ada rasa takut apalagi sampai diintimidasi,” tegas Tarmizi Karim.
j Gubernur Aceh sebenarnya sangat berkeinginan untuk berkunjung ke 23 kab/kota dalam rangka konsolidasi dan sosialisasi Pemilukada Damai. Namun keinginan itu sulit dipenuhi mengingat pendeknya ruang dan waktu yang dimiliki Penjabat Gubernur. Disaat yang bersamaan seabrek agenda mendesak lainnya yang juga menyita konsentrasi dan prioritas Pj Gubernur.
Dengan pertimbangan tersebut, kunjungan konsolidasi dan sosialisasi ke 23 kab kota diformulasi ke dalam beberapa cluster dengan mengundang beberapa komponen, terkait dari beberapa kab kota terdekat ke sebuah lokasi.
“Seperti yang kita lakukan hari ini kita undang lima kab kota berkumpul di Aceh utara”.
Agenda seperti juga akan dilakukan Pj gubernur dengan kab kota lainnya di Aceh. Pj Gubernur mengharapkan dari kegiatan ini, instansi vertikal dan stakhoulder dapat mendukung secara penuh untuk mensukseskan Pemilukada Aceh secara damai, demokratis serta tanpa intimidasi.
Di samping itu, Pj Gubernur juga mengharapkan aparatur pemerintah kab kota, seperti Kepala SKPK, Camat, Imum Mukim dan Geusyik agar benar benar menjaga netralitas. Sehingga, tidak menjadi salah satu pemicu lahirnya kekerasan dalam Pemilukada.
“Demikian juga dengan tokoh masyarakat diharapkan menjadi penyejuk bagi rakyat dengan melakukan sosialisasi Pemilukada damai dengan pendekatan kearifan lokal Aceh.” []