Di penghujung Maret, saya datang seorang diri ke Stasiun Barat Beijing. Saya memilih stasiun ini karena melayani rute untuk perjalanan domestik. Sebuah brosur berbahasa Cina sudah saya lipat kembali. Tidak satu pun kata yang ditulis di brosur itu saya pahami. Lalu, saya bergegas mencari tempat duduk. Kursi besi panjang di bagian sudut menjadi tujuan saya. Selain mudah memantau pergerakan orang-orang yang lalu-lalang, saya butuh tempat istirahat yang tidak bising.
Ini merupakan perjalanan perdana saya ke Cina. Jelas, saya sedikit bingung. Saya sengaja tidak menggunakan jasa biro perjalanan. Bagi saya, berlibur sendirian jauh lebih menantang. Dan, saya sudah mantap memilih liburan ke Hainan, sebuah provinsi terkecil dan berada di bagian selatan dari Republik Rakyat Tiongkok. Sembari menunggu jadwal keberangkatan ke Haikou, ibukota Hainan, saya berusaha mencari informasi apa pun tentang Haikou yang katanya sangat ramai itu.
Awalnya saya ingin berangkat menggunakan pesawat China Eastern Airlines, dan mendarat di Meiling International Airport, bandara tua tapi keren itu. Namun, saya urungkan meskipun perjalanan dengan pesawat dari Shanghai ke Haikou hanya tiga jam saja. Naik pesawat itu sudah maintream sekali. Sangat tidak menarik. Saya ingin menjajal perjalanan dengan kereta api. Kata teman-teman yang sudah berkunjung ke sana, perjalanan ke pulau Hainan menggunakan kereta api jauh lebih seru daripada naik pesawat.
Di Stasiun Barat Beijing, saya mencari kereta bernomor Z201. Sebenarnya, ada banyak kereta api yang bisa kita pilih, seperti Z385, K511, K1167 atau Z111. Namun, saya sudah memesan tiket kereta Z201. Saya booking tempat duduk di kelas soft sleepers. Setidaknya selama dalam perjalanan, saya bisa beristirahat dan bersantai. Apalagi, harga tiket untuk kelas ini masih terjangkau oleh kocek saya.
Saya bergegas naik ke dalam kereta pada panggilan pertama. Rupanya, di Stasiun Barat Beijing banyak sekali orang yang memilih paket tour ke Hainan dan berangkat bareng satu kereta dengan saya. Itu saya perhatikan saat petugas melakukan panggilan untuk kedua kalinya. Orang-orang yang sebelumnya bersantai di ruang tunggu segera bergegas masuk ke dalam kereta, dan mencari kursi tempat duduk.
Di dalam kereta, saya membuka Baidu Maps yang saya download offline dan sudah saya tandai rute-rutenya. Ini saya lakukan lebih untuk berjaga-jaga. Soalnya, saya tidak yakin koneksi internet ponsel saya akan selamanya stabil. Salah satu kota yang saya tandai di Baidu Maps selain Haikou adalah Sanya.
Ya, Sanya termasuk salah satu destinasi yang akan saya kunjungi selama berlibur ke Pulau Hainan. Menurut cerita teman-teman, Sanya adalah pantai tercantik di Pulau Hainan, yang pasirnya berwarna putih. Pantai ini langsung menghadap ke Laut Cina Selatan. Saya segera membayangkan Pantai Lhok Me di Aceh Besar yang juga berpasir putih.
Selama di dalam kereta, saya beberapa kali melihat daftar destinasi dari brosur Hainan Tour yang saya ambil sewaktu berada di Stasiun Barat Beijing. Beberapa lokasi yang menarik perhatian saya adalah patung Dewi Kwan Im di candi Budha Nanshan, kampung asli suku Li dan suku Miao di Yetian Minority Nationality Village, dan Desa Bali. Saya sengaja memilih desa ini, karena ingin bertemu dengan orang Indonesia yang ada di situ. Tak lama kemudian, saya pun memejamkan mata. Beristirahat di dalam kereta sudah menjadi kebiasaan saya.
Saya terbangun ketika kereta api tiba di Provinsi Guangdong. Berarti, tidak lama lagi saya akan menginjakkan kaki di Haikou. Soalnya, kota Haikou berhadapan langsung dengan Guangdong. Saya sempat kaget ketika tiba di Guangdong. Kereta api yang sebelumnya melaju dengan kencang tiba-tiba melambat, dan kereta itu dengan nyaman masuk ke dalam Yuehai Ferry. Rupanya, semua kereta yang menuju ke Pulau Hainan harus masuk ke dalam Ferry yang di dalamnya sudah dibangun jaringan rel kereta api.
Momen ini mengingatkan saya pada sebuah video di YouTube. Layanan kereta api dengan Ferry seperti ke Pulau Hainan ini mirip dengan rute dari Pulau Sicilia di Messina, di Italia atau perjalanan dari Hamburg, Jerman menuju Puttgarten di ujung dataran di Skandinavia, Denmark. Saya pun senang bukan main, soalnya kini bisa menikmati langsung pengalaman naik kereta api dengan Ferry.
Asyiknya lagi, begitu tiba di seberang, kita akan merasakan sensasi saat kereta keluar perlahan-lahan dari dalam perut Ferry. Pun begitu, kita tidak harus keluar dari kereta. Setelah semua rangkaian kereta keluar dari badan Ferry, kita pun kembali dapat menikmati perjalanan ke stasiun tujuan. Dan, begitu tiba di kota Haikou, saya berteriak dengan lantang: Inilah saya, yang berani berlibur ke Pulau Hainan! Saya sempat melihat kalender di stasiun di kota Haikou, tercetak tanggal 28 Maret 2019.
Semua itu bukan mimpi atau hayalan semata, tapi akan menjadi kenyataan seandainya saya memenangkan lomba Berani Berlibur ke Hainan yang digelar HIS Travel ini.
Update: saya tidak menang dan gagal berangkat ke Hainan, []