Taufik Al Mubarak

Korban Film Serial

Saya tidak pernah secelaka ini: menjadi korban film serial! Tidak pernah terlintas di benak saya menjadi penggemar film serial, tapi inilah yang terjadi. Itu semua tidak terlepas dari ulah para produser sialan yang suka bikin film serial, yang tidak ada habis-habisnya. Filmnya selalu dicicil, season demi season, episode demi episode, yang menghabiskan waktu bertahun-tahun. Tidak seperti sinetron yang dicicil per minggu.

Percayalah, sekali menjadi korban film serial, maka selamanya hidup kita tak pernah bahagia lagi. Pikiran kita selalu dibuat untuk menebak-nebak bagaimana kelanjutan sebuah kisah, memantau jadwal kapan season selanjutnya dirilis, dan dalam kondisi tertentu terpaksa menonton film itu dari awal lagi. Pada akhirnya banyak waktu kita tersita untuk hal-hal celaka begini. Sungguh naif sekali hidup kita.

Sejak 2011, saya menjadi korban film Game of Thrones. Hingga tahun 2018 ini, film dari benua fantasi itu belum selesai juga. Malah, kita harus bersabar hampir dua tahun untuk bisa menyaksikan musim terakhir yang juga tidak jelas apakah jadi tayang pada April 2019. Untuk menghibur diri juga agar tidak kehilangan keseluruhan cerita, saya masih harus menonton ulang film Game of Thrones ini, untuk kelima kalinya. Bisa kalian bayangkan, untuk satu musim ada 10 episode dengan durasi setiap episode hampir satu jam. Tidak terhitung berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk menonton film sialan ini.

Setelah masuk perangkap film Game of Thrones, saya pun kemudian terjatuh pula dalam lembah Marco Polo, sebuah film epik berlatar kisah Kubilai Khan, raja Mongol pendiri Dinasti Yuan. Setelah menonton season pertama yang memiliki 10 episode itu, saya harus bersabar selama setahun untuk dapat menonton season kedua tahun 2015. Sialnya, setelah menonton season kedua, saya harus bersabar lebih keras lagi, soalnya season ketiga belum juga dirilis hingga saat saya menulis postingan ini. Bahkan, saya mendapat rumor kalau season ketiga dan keempat akan digabung, dan dirilis dalam waktu yang berdekatan. Itu pun belum jelas kapan.


Saya bersyukur, kegiatan menonton ulang film, baik Game of Thrones maupun Marco Polo, sudah tuntas saya lakukan. Minimal, waktu saya lebih banyak tersita untuk film ini daripada membaca berita politik yang membosankan. Jangan kalian tanya bagaimana perasaan saya setelah menonton ulang itu. Sakit sekali. Sebab, kita yang sedang bersemangat dan merasa sudah hafal keseluruhan cerita, terpaksa harus memilih bersabar. Rasa ingin tahu harus kita bunuh seketika. Tersiksa betul kawan-kawan.

Seandainya saya boleh meminta kepada malaikat, saya ingin produser film serial ini dibenamkan ke dalam neraka paling dalam. Soalnya mereka sudah membuat hidup banyak orang tidak lagi bahagia. Bayangkan, seandainya ada penggemar berat yang mati tiba-tiba, sementara filmnya belum selesai dia tonton, dia terpaksa membawa rasa penasaran itu hingga ke dalam kubur. Hidupnya selesai, dan dia tidak akan pernah tahu bagaimana ending dari film yang ditontonnya bertahun-tahun itu.

Kalau saya nanti jadi produser film, saya tidak akan menyiksa penonton film saya dengan membuat film serial. Tidak akan! Karena saya sudah tahu bagaimana sakitnya menunggu film yang jadwal rilisnya tidak pernah pasti itu. []

Image source: 1, 2


Leave a Comment