Sekoloni semut menerima perintah dari komandannya untuk mencuri gula dari gudang milik Raja Murka. Setelah menghitung seluruh anggota koloni, para komandan lebah pekerja mengkoordinasi para anggota. Agar tak cepat lelah, para semut menerima perintah untuk mengambil 1 butir gula setiap kali memasuki gudang tersebut. Maka, dimulailah misi pencurian gula terbesar sepanjang sejarah keberadaan koloni mereka.
Semut pertama berjalan menyelinap melalui celah bagian bawah pintu gudang, bagian yang tak berengsel. Saat tiba di dalam gudang ia melubangi sebuah karung berisi gula. Sesuai komando dari jendral semut, ia mengambil sebutir gula dan membawanya menuju bagian bawah pintu yang tak berengsel. Berpapasanlah ia dengan para semut lain yang mengikutinya. Seperti biasa, ia mendekati sesamanya yang bergerak dari arah berlawanan dan berkata, “Aku adalah semut pertama yang memasuki gudang ini, dengan demikian, engkau adalah semut kedua!” ujarnya sekedar memberitahu, tanpa kesan bangga sedikitpun. Iapun melangkah menuju lubang ke sarang koloninya, meletakkan butir gula yang telah digigitnya sejak dari gudang tadi, meletakkannya di ruang penyimpanan dan berisirahat menanti giliran selanjutnya, saat semut terakhir telah usai mengangkut gula dari gudang penyimpanan Raja Murka.
Lantas, Semut Kedua berjalan menyelinap melalui celah bagian bawah pintu gudang, bagian yang tak berengsel. Saat tiba di dalam gudang ia melubangi sebuah karung berisi gula. Sesuai komando dari jendral semut, ia mengambil sebutir gula dan membawanya menuju bagian bawah pintu yang tak berengsel. Berpapasanlah ia dengan para semut lain yang mengikutinya. Seperti biasa, ia mendekati sesamanya yang bergerak dari arah berlawanan dan berkata, “Aku adalah semut kedua yang memasuki gudang ini, dengan demikian, engkau adalah semut ketiga!” ujarnya sekedar memberitahu, tanpa kesan bangga sedikitpun. Iapun melangkah menuju lubang ke sarang koloninya, meletakkan butir gula yang telah digigitnya sejak dari gudang tadi, meletakkannya di ruang penyimpanan dan berisirahat menanti giliran selanjutnya, saat semut terakhir telah usai mengangkut gula dari gudang penyimpanan Raja Murka.
Lalu, Semut Ketiga berjalan menyelinap melalui celah bagian bawah pintu gudang, bagian yang tak berengsel. Saat tiba di dalam gudang ia melubangi sebuah karung berisi gula. Sesuai komando dari jendral semut, ia mengambil sebutir gula dan membawanya menuju bagian bawah pintu yang tak berengsel. Berpapasanlah ia dengan para semut lain yang mengikutinya. Seperti biasa, ia mendekati sesamanya yang bergerak dari arah berlawanan dan berkata, “Aku adalah semut ketiga yang memasuki gudang ini, dengan demikian, engkau adalah semut keempat!” ujarnya sekedar memberitahu, tanpa kesan bangga sedikitpun. Iapun melangkah menuju lubang ke sarang koloninya, meletakkan butir gula yang telah digigitnya sejak dari gudang tadi, meletakkannya di ruang penyimpanan dan berisirahat menanti giliran selanjutnya, saat semut terakhir telah usai mengangkut gula dari gudang penyimpanan Raja Murka.
Kemudian, Semut Keempat berjalan menyelinap melalui celah bagian bawah pintu gudang, bagian yang tak berengsel. Saat tiba di dalam gudang ia melubangi sebuah karung berisi gula. Sesuai komando dari jendral semut, ia mengambil sebutir gula dan membawanya menuju bagian bawah pintu yang tak berengsel. Berpapasanlah ia dengan para semut lain yang mengikutinya. Seperti biasa, ia mendekati sesamanya yang bergerak dari arah berlawanan dan berkata, “Aku adalah semut ketiga yang memasuki gudang ini, dengan demikian, engkau adalah semut kelima!” ujarnya sekedar memberitahu, tanpa kesan bangga sedikitpun. Iapun melangkah menuju lubang ke sarang koloninya, meletakkan butir gula yang telah digigitnya sejak dari gudang tadi, meletakkannya di ruang penyimpanan dan berisirahat menanti giliran selanjutnya, saat semut terakhir telah usai mengangkut gula dari gudang penyimpanan Raja Murka.
Selanjutnya, Semut Kelima berjalan menyelinap melalui celah bagian bawah pintu gudang, bagian yang tak berengsel. Saat tiba di dalam gudang ia melubangi sebuah karung berisi gula. Sesuai komando dari jendral semut, ia mengambil sebutir gula dan membawanya menuju bagian bawah pintu yang tak berengsel. Berpapasanlah ia dengan para semut lain yang mengikutinya. Seperti biasa, ia mendekati sesamanya yang bergerak dari arah berlawanan dan berkata, “Aku adalah semut keenam yang memasuki gudang ini, dengan demikian, engkau adalah semut keenam!” ujarnya sekedar memberitahu, tanpa kesan bangga sedikitpun. Iapun melangkah menuju lubang ke sarang koloninya, meletakkan butir gula yang telah digigitnya sejak dari gudang tadi, meletakkannya di ruang penyimpanan dan berisirahat menanti giliran selanjutnya, saat semut terakhir telah usai mengangkut gula dari gudang penyimpanan Raja Murka.
Seterusnya, Semut Keenam berjalan menyelinap melalui celah bagian bawah pintu gudang, bagian yang tak berengsel. Saat tiba di dalam gudang ia melubangi sebuah karung berisi gula. Sesuai komando dari jendral semut, ia mengambil sebutir gula dan membawanya menuju bagian bawah pintu yang tak berengsel. Berpapasanlah ia dengan para semut lain yang mengikutinya. Seperti biasa, ia mendekati sesamanya yang bergerak dari arah berlawanan dan berkata, “Aku adalah semut keenam yang memasuki gudang ini, dengan demikian, engkau adalah semut ketujuh!” ujarnya sekedar memberitahu, tanpa kesan bangga sedikitpun. Iapun melangkah menuju lubang ke sarang koloninya, meletakkan butir gula yang telah digigitnya sejak dari gudang tadi, meletakkannya di ruang penyimpanan dan berisirahat menanti giliran selanjutnya, saat semut terakhir telah usai mengangkut gula dari gudang penyimpanan Raja Murka.
Demikianlah mereka bekerja bergantian merampok gula dari gudang Raja Murka. Hingga kisah ini tak mampu kutulis lagi, para semut masih belum tuntas menjalankan misinya.
PS: Cuplikan dari kisah yang kubaca di Majalah Bobo sewaktu SD dulu. Judulnya sudah kulupa, temanya berkisah tentang raja yang terobsesi dengan dongeng. Suatu kali, obsesinya dengan dongeng membuatnya menyelenggarakan sebuah sayembara yang menantang para pendongeng mengisahkan dongeng tak berakhir. Puluhan pendongeng tewas akibat tak mampu memenuhi obsesi sang raja. Hingga seorang pendongeng berhasil mengalahkan sang raja dengan mengisahkan pencurian gula yang dilakukan oleh para semut.