Puisi-Puisi Sabtu

Qaid Arkana

Cinta Aneuk Nanggroe

Oleh Setia Budi M. Hasan

Hari ini …
kita mulai lepas menguji diri
di samudera hidup ini untuk mengayuh
menuju samudera harapan

Patok-patok telah kita pancangkan kokoh
disekitar darmaga
tempat bertenggernya camar-camar harapan
yang berikrar setia

Ya…. itu janji manifestasi sebuah cita
dan cinta aneuk nanggroe

Uloen hanya camar
menanti dan berdoa ditiang pedoman

Bogor-Ujung Senja, 8 Desember 2011

 

Senja di Batas Kota

Oleh Mawaidi D. Mas

seperti juga air

jalanan beriak melantunkan kematian

tibalah kita akan mengakhiri perjumpaan

yang tanggung diperbincangkan

 

aku sudah pulang, bunda

berkali-kali berjalan di bawah senja

bersama mobil-mobil histeris

melantunkan kematian

 

kaki langit juga kakiku

biarkan aku berjalan sendiri

(23.01;2011/Yogyakarta)

 

 

Dekrit Bulan

(obsession of bugenvil)

bulan semalam berdarah

bulan yang kau mau; bulan di hatiku

tak usah mengantar jarak untuk memanahku

sampai di lubang tanah pun, bulan akan tahu

bulan rebah semalam

duh, mengapa mesti bulan

mengapa tidak siang yang dipasang

mengapa mesti bulan semalam

mengapa semalam yang dipasang

Tuhan sungguh kejam

;mengapa bulan mencintaimu?

bulan meradang

tiba-tiba bulan ingin mengintai

darah yang dibawanya berceceran sepanjang jalan

tanah-tanah usang, angin melintang, laut surut kemelut

lindu datang, bulan menangis

;histeris

sebab skala richter membawa bulan menuju Tuhan

(03.25;2011/Yogyakarta)

 

*Mawaidi D. Mas, kelahiran Sumenep 14 Oktober 1993. Mahasiswa  Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta.