Simpang Arakate Sigli dan Sekelumit Masalahnya

Rio Pauleta

 

Aku walaupun tinggal di kota Sigli, tapi bukan menjamin kota itu punya jalan yang mulus semulus wajah pejabat yang terpampang di simpang-simpang. Aku berangkat kerja dari dusun Lingkungan Tumpok Tirom (Tim-Tim, panggilannya) yang merupakan satu-satunya komplek perumahan di Gampong Blang Paseh yang belum diaspal, sedangkan lima Lingkungan lain sudah merasakan mulusnya jalan.

Baru kira-kira satu kilometer dari rumahku aku menemukan jalan aspal, Tim-Tim terkurung oleh jalan yang buruk dari tiga sisi, hanya dari lorong ke masjid kami punya jalan semen (rabat beton). Sedangkan dari jembatan pasar, dari komplek Yuda di jalan di pinggir sungai, kami belum menemukan peradaban, masih jalan kuno dengan tanah dan pasir, peninggalan masa Belanda  dahulu kala.

 

(source)

Setelah aku ke jalan pasar, aku berbelok di menasah pante teugoh dan keluar ke jalan baru blang Asan, juga bukan jalan yang beraspal. Kalau bekerja aku harus melewati simpang Arakate yang punya berbagai macam masalah.

Yang paling viral adalah lampu trafik lightnya yang mati. Dulu kalau dari Blang Paseh ke Keuniree, Cuma lampu merahnya hidup, dan lampu hijau dan kuning mati total, jadi mati lampu merah berarti secara tak kasat mata, lampu hijau sudah nyala walau tak terlihat. Tapi Alhamdulillah ini kejadian sudah ditanggulangi. Memang lampu kadang-kadang sempurna hidup semua, tapi semua berubah lagi saat hujan melanda.

Selanjutnya yang viral lagi adalah kondisi jalan yang berlubang.  Maka dari itu adalah sisi yang dari Keunirei bermasalah, karena disitu selalu berhenti truk-truk bermuatan besar dan jalannya entah salah perencanaan atau salah tukang pengaspal, selalu saja tergenang air kalau hujan dari arah situ, maka dengan aspal yang selalu basah, truk bermuatan banyak aspalnya jadi mengelupas dan berlubang parah sehingga jalan tak sedap untuk dijalani.

(Source) Kadang-kadang Lampunya gini

Masalahnya menjadi lucu saat ada orang gila yang menambal jalan sekitar simpang Arakate, sedangkan orang waras diam saja. Tapi tidak diam dalam waktu lama, sudah berkali-kali PU daerah mencoba menambal dengan pasir seadanya tapi kini rusak lagi. Seharusnya dipikir sikit karena itu depan terminal, mobil besar-besar, harusnya kan aspalnya atau pondasinya di apa sikit, biar tahannya lebih lama dan tidak menyebabkan kecelakaan.

Di sekitar simpang, taka da drainase yang memadai, misalnya di depan Toko Rasyidin, Ayam Penyet dan Warung Kopi Arena… masih Arena namanya? Drainasenya ditutup mati sehingga susah dicari dimana sumbat, lebih parah ke jalan Keunirei, tak ada drainase sama sekali, air dibiarkan menganggur sehingga tergenang membasahi jalan, dan kalau lama-lama juga merusak aspal.

Dari sisi arah dari Blang Paseh ada drainase, tapi tak berfungsi dengan baik, kadang-kadang air juga tergenang, saya sampai berita ini diturunkan masih bingung air dari drainase sekitar simpang Arakate, mengalirnya kemana?

Tapi ada kabar gembira untuk kita semua, Simpang Arakate akan dibuatkan Tugu dan diganti nama simpangnya menjadi simpang MTQ. Sekarang yang dilakukan pemerintah adalah menimbun paya yang diseberang Ayam Penyet, yang di depan Baitul Mal Pidie itu, saya kurang setuju sih itu ditimbun, karena padahal indah kalau kita menunggu di simpang, disamping ada danau gitu, pemandangannya adem, ada para pemancing, bak dah dan itu merupakan daerah serapan air.

 

Juga penambakan di Paya di sekitar kantor Inspektorat, yang menyebabkan sekarang jalan masuk ke Inspektorat Pidie tenggelam, apa tak dipikirkan dulu kemana mengalir air sebelum ditimbun?

Leave a Comment