Teknologi Sambel Terasi α Teknologi Nuklir

Diyus

Menurut Matematika, tanda α (alpha) berarti sebanding. Telah kutemukan sebuah kesimpulan bahwa Teknologi Sambel Terasi sebanding dengan Teknologi Nuklir. Jika boleh jujur, secara subjektif aku malah menganggap Sambel Terasi lebih mendominasi hidupku ketimbang Teknologi Nuklir. Ini soal empirisme subjektif. Kadar kebenarannya tak dogmatis, tak juga berani kubilang akademis. Aku sekedar mencoba realistis menilai dampak kedua teknologi tersebut.

Teknologi Nuklir dan Teknologi Sambel Terasi sama-sama hasil sebuah proses yang berasal dari fase trial and error hingga trial and succeed. Keduanya adalah produk sains, juga hasil budi dan daya manusia. Setelah kutimbang-timbang dengan pikiran matang, menganggap satu di antaranya lebih rendah atau lebih tinggi adalah sebuah kelancangan nan durjana.

Aku merasa tak elok juga kalau langsung memberi premis Teknologi Sambel Terasi > Teknologi Nuklir. Soalnya, ada banyak orang (yang tak kutahu jumlah pastinya) merasakan manfaat Teknologi Nuklir. Jadi agar tampak netral dan berbau ilmiah saja, kukemukakan pernyataan bahwa Teknologi Sambel Terasi sebanding dengan Teknologi Nuklir. Bedanya, Teknologi Sambel Terasi belum pernah memakan korban jiwa. Malah, Sambel Terasi adalah korban dalam aktivitas makan dalam ajang persantapan manusia.

Meski belum mencoba googling dan mencari referensi lanjutan, kucoba memberanikan diri untuk menyatakan bahwa keberadaan Sambel Terasi telah melintasi kurun waktu hampir 1 milenium. Katakanlah saja begitu. Sementara perkenalan manusia dengan Teknologi Nuklir sebagai bagian dari peradaban (sekaligus kebiadaban) belum sampai 200 tahun. Maka dari itu, Sambel Terasi telah mendahului Teknologi Nuklir dari soal eksistensinya. Sementara, Teknologi Nuklir (sebagai penghancur dan sumber energi baru) otomatis lebih junior ketimbang Teknologi Sambel Terasi.

Jika kita melangkah lebih jauh, keberadaan Sambel Terasi Telah berperan dalam mengatasi rasa lapar sebab menyandang fungsi sebagai appetizer dalam khazanah kuliner Nusantara. Jawadwipa menjadi tersangka utama sumber Sambel Terasi. Ingat, Sambel Terasi. Jika kita cuma membahas terasi, bahan penyedap yang dibuat dengan teknologi fermentasi ini dikenal di pelbagai peradaban. Setidaknya, di Semenanjung Melayu dan Indocina, masyarakatnya mengenal penyedap sejenis terasi yang diolah dari proses pembusukan udang dan ikan.

Angankanlah… persekongkolan segenggam cabe rawit dengan 2 ulas bawang merah ditingkahi 2 lempeng Terasi Pulo Kampek, bersama seujung sendok garam dan secupak gula pasir. Saat engkau menggilas seluruh pasukan di cobek batu, jangan alpa menggoreng sang terasi. Jadikan ia sebagai anggota pasukan terakhir yang tergilas, tak perlu terlalu halus agar tak sirna pedasnya. Setelah terasi halus bersama gelombang pasukan pertama, peraslah irisan sebiji jeruk nipis mengitari permukaanya. Adukkan spatula demi mengupayakan pemerataan keasaman secara saksama dan dalam tempo yang membuat jiwa makin tak sabar saja…

Warna yang membakar mata, gairah dan selera itu akan mencambuk bokongku untuk segera menyingkap isi periuk, kukusan atau magic jar terdekat. Sepiring nasi putih, secobek Sambel Terasi, separo ikan Gembung asin dan seperangkat lalapan. Jangan lupa kobokan untuk membasuh tangan, sebab menyantap nasi berlauk Sambel Terasi dengan sendok adalah pengkhianatan! Nikmatilah ledak, letup dan letusnya di rongga mulut. Rasakan betapa peluh mengalir bukan berlandas keluh. Nikmati kala lidah mendecap kepedasan, sebentuk rangsang yang membuat engkau ingin lagi… lagi… lagi… dan lagi…

Pancanglah kunyah menghentak rahang. Pahami, betapa nikmat bukanlah sesuatu yang tak terjangkau beli. Renungi betapa khidmat penyelenggaraan bahagia nan sederhana bersama semilir angin di dangau tepi sawah, atau huma di tepi rimba. Maka, sendawa menjadi niscaya. Jangan pakai table-manner ala Eropa. Lepas-tandaskan gereu’op-mu sesenang suka. Semilir angin pesisir bertiup, angin lembah berhembus, bayu dari tepi rimba mendesir. Sungguh luarbiasa jika Tuhan masih engkau ingat dalam nikmat semelambung ini. Sejauh kupandang dan kuingat, cuma Sambel Terasilah yang mampu menghadirkan desah, decap dan kecipak selain senggama. Bukan reaktor nuklir, Sobat…

Masih dengan prasangka; manfaat terasi telah unggul dalam hal sebaran dan populasi. Kupikir demikian pula dengan Sambel Terasi. Sebaran masyarakat Jawadwipa yang melingkup setiap pelosok Nusantara turut mengkampanyekan kelezatan Sambel Terasi. Ini masih seputar Nusantara plus Malaysia saja, belum termasuk Suriname yang menjadi bagian dari sebaran masyarakat Jawadwipa dengan populasi dan ketahanan bahasanya.

Konsepsi Sambel Terasi sebagai appetizer sungguh berbeda dengan falsafah kuliner Eropa. Di Benua Biru, appetizer menjadi pembuka hidangan untuk meningkatkan selera (appetite) agar bergairah menyantap hidangan utama. Sementara, penyajian Sambel Terasi menyertai dan menjadi bagian dari hidangan utama; ini soal falsafah kuliner juga. Lain lubuk lain penggugah seleranya, lain ladang, lain pula populasinya.

Mungkin ada semacam rekaman di setiap gen para penggemar rasa pedas soal reaksi melihat Sambel Terasi, apalagi berhias gerbong lalapan yang menjadi partisipan. Sebut saja mentimun, rebusan daun ubi, pucuk daun pepaya mentah, pete (Parkia Speciosa), daun jambu mete mentah, kacang panjang, terong ungu, terong bulat dan sebangsanya. Ada hasrat yang mungkin boleh kusebut sebagai birahi boga. Membayangkannya saja bikin liur menggenang di rongga mulut merendam lidah.

Apalagi faktor pendukung penyelenggaraan Sambel Terasi bersama rentetan gerbong lalapan yang menganut azas 3M, murah, mudah, dan meriah, lebih meriah dari Kabupaten Bener Meriah. Cobalah rinci sendiri biaya pengorganisasian Sambel Terasi beserta segala lalapan yang klop untuk menyantapnya, plus tempe goreng dan ikan Gembung asin … Aku berani jamin, tak perlu me-mark-up anggaran proyek negara dan menunggu grativikasi; apalagi jika engkau bukan pejabat atau kontraktor.

Aku semakin memahami sebab 31 kali berulang فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ dalam Surat Ar-Rahman saat menghadapi sehidang Sambel Terasi lengkap dengan segerbong lalapan. Transmigrasi memang menyebabkan dampak positif dan negatif dalam skenario pembangunan, namun kupikir tak berlebihan jika perkawinan silang antara penduduk asli dengan transmigran dari Jawadwipa dan Sambel Terasi boleh kita sepakati sebagai hikmah keputusan memindahkan penduduk dari nusa terpadat di Nusantara tersebut ke penjuru Tanah Air.

Bagaimana dengan Nuklir? Sampai hari ini aku belum berinteraksi langsung dengan nuklir. Jangankan kerap, pernahpun tidak. Beberapa kisah, tulisan dan sebuah sekuel Spiderman telah memberi gambaran yang mengerikan mengenai nuklir. Kupikir kengerian nuklir lebih pada persoalan kendali penggunaan yang kerap menimbulkan kendala. Seingatku, di buku Fisika SMA Kelas II pernah kubaca, jika satu atom inti nuklir diberi reaksi fisi (peluruhan) kalor yang dihasilkan sama dengan 2,5 ton batu bara (bukan marga).

Apakah lantas Sambel Terasi otomatis menjadi teknologi yang lebih aman dibandingkan dengan Teknologi Nuklir!

Eiiitsss… Tunggu dulu…

Keasyikan menyantap Sambel Terasi beserta lalap dan gigitan genit pada ikan asin goreng atau ikan asin panggang juga dapat menimbulkan reaksi peluruhan. Ketahanan perut akan bersanding, berbanding dan bertanding dengan kapasitas Sambel Terasi yang engkau santap bersama seperangkat lalapan anugrah alam Nusantara. Kendali emosi sangat penting dalam menyantapnya. Jika tidak, sebuah reaksi peluruhan akan segera menyerbu dengan berpangkalmula dari gemuruh nan menggelegak di lambung, ditingkahi produksi gas yang melampaui ambang-batas toleransi ketahanan perut, lantas menyeruakkan letus; bisa letupan kering, mungkin pula ledakan basah di ‘saluran akhir’ kalian masing-masing.

“Jangan lupa bernapas…!!!”

PS: Terasi Pulo Kampek (Pulau Kampai) dan Terasi Serang Jaya Hilir adalah terasi terenak yang pernah kusantap. Barangsiapa yang mengatakan Terasi Langsa sebagai terasi terenak, niscaya ia belum pernah merasakan nikmat terasi dari kedua tempat tersebut. Pulo Kampek (Pulau Kampai) terletak di Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Sementara, Serang Jaya Hilir terletak di Kecamatan Pematang Jaya di Kabupaten yang sama.

Image Source:

  1. Image1
  2. Image2
  3. Image3
  4. Image4

Leave a Comment