Letnan Jendral Mikhail Timofeyevich Kalashnikov dengan Senapan AK47-nya, Dragunov Sniper Rifle, Leo Tolstoy dengan Hadji Murad-nya, Garry Kimovich Kasparov, Anatoly Yevgenyevich Karpov, Pyotr Ilyich Tchaikovsky, Balet, Beladiri Systema hingga panggung yang mereka berikan untuk Ronaldinho sebelum laga puncak pagelaran Piala Dunia FIFA, 15 Juli silam; Termasuk kekuatan alamnya yang mampu menaklukkan agresi NAZI. Itulah sederet kekagumanku pada bangsa yang menyebut pertiwinya sebagai Mother Russia.
Catatan masa silam menuliskan kedigdayaan mereka menguasai pasar serat ganja di Bumi, di masa dunia pelayaran masih mengandalkan angin, sebelum James Watt menemukan mesin uap. Menurut buku Hikayat Pohon Ganja, 60% biaya untuk membangun sebuah kapal dihabiskan untuk membeli material berbasis tanaman ganja. Saat itu Russia mampu memproduksi 32.000 ton serat ganja selain resinnya yang dimanfaatkan untuk kebutuhan medis dan tentu saja… aktivitas rekreasional!
Belum lagi keberadaan Makam Imam Bukhari di Samarkand (Uzbekistan) yang dahulu masuk dalam wilayah Uni-Sovyet, sebelum berganti nama menjadi Russia. Catatan ini akan menjadi terlalu panjang jika kuluangkan waktu untuk mengabsensi daftar kekerenan Russia. Apalagi aku bakal menghadirkan kesan komunis bagi diri sendiri. Maka lebih elok kulanjutkan dengan catatan minusnya saja.
Meski bergelimang membangkitkan kekagumanku, deret keagungan Russia tersebut mesti minder dengan Indonesia soal jumlah penduduk. Meski luas wilayah negaranya 8,5 kali lipat dari bentang archipelago Indonesia, Jumlah penduduk Russia cuma lebih sedikit dari setengah penduduk Indonesia. Kondisi yang sungguh kontras mengingat peran krusial Russia sebagai bekas negara adidaya yang masih menjadi momok Amerika hingga besok.
Bentang wilayahnya menjadikan Russia berbatasan dengan 14 Negara, menjadikannya negara dengan jumlah perbatasan terbanyak dengan bentang kawasan perbatasan nomor 2 terpanjang di muka Bumi. Masih karena luasnya, negara yang juga tersohor dengan Vodka ini dilintasi 9 zona waktu, jaringan rel kereta api terpanjang di dunia (Trans-Siberia) dan menguasai 20% air tawar dunia (di danau Baikal).
Ternyata perkara hasil olahranjang ini sungguh menggelisahkan para pemimpin di sana. Setidaknya di Provinsi Ulyanovsk, kampung Mbah Lennin. Tercetuslah gagasan brilian dalam kadar mesum yang sungguh proporsional dari sang gubernur negara bagian, Sergey Ivanovich Morozov. Lelaki yang terpilih 2004 silam tersebut memulai masa jabatannya pada tahun 2005. Di awal masa kepemimpinannya, ia mencanangkan 12 September sebagai hari libur kerja khusus untuk melakukan aktivitas pembuahan bagi para pasangan yang telah berkeluarga.
Media berbahasa Inggris menyebutnya Procreatin Day atau Conception Day. Terma terakhir adalah oposit dari kontrasepsi. Perkara kependudukan bukan barang sepele di Russia. Vladimir Putin menyebutnya sebagai permasalahan paling serius yang dihadapi Negeri Beruang Merah. Kekhawatiran Putin sungguh beralasan mengingat 1 dekade terakhir, Russia mengalami penurunan 700.000 penduduk setiap tahun. BBCNews menyebutnya bencana kependudukan. Perancis dan Jepang pernah mengalami gejala serupa. Penduduk Jepang lebih memilih mengasuh hewan peliharaan ketimbang memiliki anak. Sementara penduduk Perancis lebih suka mengadopsi anak dari Vietnam.
Terobosan Sergey Morozov mulanya tak mendapat perhatian serius dari rakyat di yurisdiksinya. Tercatat 311 perempuan saja yang bersedia mendaftarkan diri sebagai peserta kontes Hari Pembuahan atau Hari Reproduksi. Hasilnya, Juni 2006 lahirlah 46 bayi, 28 di antaranya lahir pada tanggal 12 Juni, hari lepasnya Russia dari Uni Sovyet 1991 silam.
Program Morozov bukanlah tanpa kompensasi. Selain dorongan untuk melakukan aktivitas produksi yang menyenangkan, jika berhasil membuktikannya pada 12 Juni tahun berikutnya berupa kelahiran seorang anak, para partisipan mendapat hadiah dari Negara Bagian Ulyanovsk. Mesin, cuci, kulkas, televisi, sampai grand-prize berupa apartemen dan mobil SUV UAZ-Patriot. Pasangan yang memiliki anak lebih dari seorang akan mendapat tunjangan untuk biaya pendidikan hingga universitas.
***
Sekelopak bunga rampai tentang Russia ini telah membuktikan kesadaran sebagian manusia tentang begitu sibuknya kehidupan dengan segala aksesorisnya. Terlampau sibuknya rutinitas hingga melupakan kegiatan paling menyenangkan yang membuat dirinya hadir ke semesta; Senggama!
Image Source: