Rio Pauleta

Mengapa Membicarakan Orang Lain itu tak Boleh?

 

Orang yang mengunjing orang lain di depanmu, pasti menggunjingmu di depan orang lain. Jadi berhati-hatilah dengan orang semacam ini. Dalam dunia persilatan lidah banyak sekali orang-orang, yang lidahnya tidak bisa dikontrol, termasuk saya. Kadang lidahnya mengeluarkan kata-kata yang seharusnya tak keluar dari mulutnya yang tak seberapa mana itu.

Orang-orang hebat adalah orang-orang yang mendiskusikan ide, orang-orang biasa mendiskusikan peristiwa sedangkan orang-orang rendahan mendiskusikan orang lain. Di posisi mana kita? Kali ini atau dari dulu saya sudah bergerak sedikit ke arah yang lebih jahat, misalnya mendiskusikan para politikus yang tak layak kami anggap di posisi tertentu.

(source)

Aku kadang-kadang juga mendiskusikan kawan-kawanku yang jauh karena mereka tak bersamaku, itu mungkin karena bukti rindu, kalau sedang membicarakan kebaikannya, kalau sedang benci, jadilah menjurus pada keburukan.

Sangat menyebalkan kadang-kadang orang yang membicarakan orang lain, tanpa solusi yang konkrit. Makanya saya memilih ke posisi agak naik sedikit, ke orang-orang yang membicarakan tentang peristiwa, misalnya kemarin baru saja banjir kemarin di berbagai wilayah Aceh, kita membicarakan peristiwanya dan mencari apa yang harus kita lakukan untuk menanggulangi dan tahun depan mungkin mencegahnya pada tahun-tahun berikutnya. Tapi sedikit sekali orang yang mau gitu, hanya ada bencana, lalu kasih bantuan, bencana-bantuan, tidak ada u paya dan u lampoh untuk memikirkan bagaimana cara mencegah bencana.

Yang paling seharusnya disukai adalah mendiskusikan ide-ide, adalah kota yang bagus ketika para pejabat memikirkan ide untuk kemajuan kota, baik dari bidang ekonomi dan paling penting lagi sebenarnya adalah kenyamanan warga yang tinggal di kota. Di gampong juga di analisa idenya supaya bagaimana tempat tinggal aman dari segala mara bahaya, mara bunta dan mara lainnya.

Dalam agama membicarakan orang lain disebut ghibah, kalau kita membicarakan tentang orang lain itu dia kalau mendengarnya tidak ridha, sedangkan membicarakan orang lain yang tidak sebenarnya ia lakukan dan ia katakan itu merupakan fitnah.

Memang lidah seperti kita bahas di atas, paling berbahaya. Peulara lidah bek luka asoe (peliharalah lidahmu, supaya kamu tidak terluka) itu petuah di falsafah hidup orang Aceh. Berkatalah yang baik atau diam saja, hadis nabi Muhammad.

Pepatah entah darimana juga bilang begini, kita diciptakan mempunyai satu mulut dan dua telinga, maka gunakanlah sesuai porsinya. Jadi kita harus lebih banyak mendengar daripada berbicara. Kalau kita mendengar, mungkin kita akan dapat pengetahuan baru dari si pembicara, tapi kalau kita bicara, kita hanya mengulang sesuatu yang sudah kita ketahui.

Tapi ini saya tak suruh diam, selama itu baik dan bervaedah kita harus suarakan.

Dari Ujong Patihan, Riazul Iqbal mengabarkan.


Leave a Comment